Sepenggal Kisah Pengorbanan  

Posted by Lintang Syuhada in

Ini adalah kisah nyataku sebelum keberangkatanku ke USA. Tepatnya sekitar dua minggu sebelum Orientasi Nasional di Jakarta. Sebuah paket surat yang berisi berkas-berkas untuk keberangkatan ke USA terkirim dari kantor nasional ke Yogyakarta (asramaku) untuk segera dilengkapi dan dikirim kembali ke kantor nasional. Tapi saat itu aku sudah tidak berada di asrama lagi, karena waktu itu adalah waktu libur bagi para siswa dan aku manfaatkan waktu libur itu untuk pulang ke kampung halaman, bertemu keluarga dan mulai berpamitan dengan anggota keluarga yang jauh kalau keberangkatanku ke USA sudah semakin dekat, dengan harapan akan berangkat nantinya. Surat dan berkas yang terkirim itu tidak aku ketahui sampai akhirnya aku membuka sebuah jejaring sosial dan aku lihat dalam sebuah posting di GROUP CANDIDATE YES/AFS 2011 yang sedang gempar-gemparnya di perbincangkan oleh para kandidat yang akan segera berangkat, berkas itu adalah berkas terakhir yang harus segera dilengkapi. Segera mungkin aku menanyakan ke[ada beberapa teman dari kandidat YES itu "Apa mereka sudah dapat berkas dan sampai mana mulai mengisi itu semua?" Berkasnya lumayan banyak, tapi DUE DATEnya sangat singkat, dan lebih parah lagi aku belum menerima berkas itu. Saat itu kalau tidak salah hari senin, dan berkas itu harus dikirim ulang ke Kantor Nasional pada hari senin yang akan datang, antara bimbang, ragu, dan tidak tahu apa yang harus aku lakukan karena berkas yang seharusnya sudah aku terima dan aku isi satu persatu, sampai saat itu belum aku terima. Aku mencoba bertenang diri dan aku ambil handphone dan mencoba menanyakan kepada pihak Nasional. Akhirnya aku ketahui hal yang sebenarnya terjadi adalah, dari pihak nasional mengirim berkas-berkas itu ke asramaku di Yogyakarta. Saat itu juga aku meminta keringanan untuk bisa mengumpulkan walau telat beberapa hari, tapi kucoba secepat mungkin agar tidak melebihi DUE DATE yang seharusnya. Aku coba memanggil salah satu temanku di Yogyakarta untuk mengambil berkasku di kantor sekolah, dan kirimkan ke daerahku dimana aku berada saat itu. Dia segera mungkin mencari jasa penyedia kiriman kilat, dan di kirimlah berkas itu pada hari selasa. Dia memberi kabar kepadaku kalau berkas itu akan sampai hari sabtu. Seketika aku gelisah dan bingung, aku coba mengkalkulasi semua waktu dari mulai mengerjakan dan mengirim berkas itu apabila sampai hari sabtu, dan hasilnya tidak bisa. Aku langsung menelpon temanku dan memerintahkan untuk mengambil kembali berkas yang sudah dititipkan kepada jasa pengiriman, dan aku memutuskan untuk mengambil berkas itu dengan sebuah motor kesayanganku. Aku siapkan motor untuk bertempur, aku service dan bersiap untuk bertempur 9 jam perjalanan antar provinsi. Aku panggil sahabatku untuk menemaniku bertempur ke Yogyakarta, dan dia siap untuk bertempur. Aku meminta izin kepada Abahku untuk mengambil berkas yang sudah aku ceritakan sebelumnya. Abah memberiku do'a untuk keselamatan dan memberi 2 lembar uang berwarna merah dengan nominal 100.000. Harapanku itu akan cukup untuk uang bensin dan uang makan berdua dengan temanku selama tinggal di Yogyakarta. Pukul 08.00 WIB seusai sarapan pagi aku segera memanaskan motor untuk siap bertempur, aku siapkan laptop, backpack, helm GMC merah, sarung tangan, dan tak lupa masker untuk perjalanan jarak jauh. Aku cium tangan Abah dan Nenekku untuk berpamitan dan dalam hati ku berharap semerbak do'a dari keluarga. Berangkatlah aku menuju ke rumah temanku dan menghampiri untuk bertempur ke Yogyakarta. Perkenalkan dulu nama aku Lintang Syuhada sebagai pembalap motor malam, dan nama sahabatku Randy Aryo Yudhistira seorang pembalap motor dalam lintasan lurus. Perjalanan dimulai dengan aku yang mengendarai, kemudian bergantian menjalani pertempuran di jalan besar sampai akhirnya sampai di kota Semarang, dan berniat untuk singgah di rumah temanku yang tinggal di lingkungan kota Salatiga, aku menginap di rumahnya semalam karena hari itu terasa sangat lelah dan berniat untuk melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta esok harinya bersama dengan temanku.

Sore hari di kota Salatiga setelah lelah melintasi banyak kota, aku singgah di rumah temanku untuk menginap semalam.

Pagi harinya segera aku bersiap untuk bertolak dari Salatiga ke Yogyakarta. Sarapan dimulai dan akhirnya perut terisi dan siap untuk melanjutkan pertempuran dengan ditambah satu prajurit tempur ya'ni temanku. Seperti biasa ku lewati daerah pegunungan yang mempunyai jalan di tepi jurang dan berkelok tajam, tapi inilah pertempuran, apupun harus dijalani. Udara yang masih dingin di pegunungan pagi hari sangat menusuk tubuh para prajurit tempur, untung saja aku memakai sarung tangan dan jaket khusus untuk tempur, sehingga mengurangi rasa dingin itu. Sejenak aku dan sahabatku berhenti untuk memotret pemandangan, dan sejenak melupakan berkas itu agar perjalanan tidak terlalu membosankan.
Lintang Syuhada(Red Helmet), Randy Aryo(Black Helmet)


Pada akhirnya aku sampai pada kota tujuanku dengan selamat, serasa ingin segera sampai ke asramaku dan mengambil semua berkas-berkas itu dan memulai untuk mengisi, karena hari itu sudah hari kamis, dan dari pihak nasional menginginkan dan memberi keringanan kepadaku untuk bisa dikirim ulang pada hari selasa depannya.
Selamat Jalan Provinsi Jawa Tengah, Selamat Datang Provinsi Yogyakarta

Welcome to Jogja(Kota Istimewa)







Sampai di asrama Sunan Ampel di mana aku biasa tinggal, segera mungkin aku berjalan menuju asrama Sakan Thullab di mana berkas itu tersimpan, dan aku ambil berkas-berkas itu dan mulai aku lihat isi sebuah amplop coklat besar. Setelah ku buka, ternyata berisi banyak informasi tentang detik-detik keberangkatan dan apa saja yang harus dibawa pada saat orientasi, dan tidak ketinggalan banyak pula formulir yang harus segera aku isi dan ditanda tangani oleh beberapa orang, seperti orang tua, diri sendiri dan kepala sekolah. Satu persatu berkas ku baca dan aku mulai mengisi formulir yang harus dilengkapi, ini sangat banyak jumlahnya, sampai harus memakan waktu beberapa hari. Aku coba untuk meminta tanda tangan kepada kepala sekolahku, karena kupikir ini akan mempermudah dan bisa aku lanjutkan di rumah beserta dengan tanda tangan orang tua. TAPI, ternyata kepala sekolahku sedang tidak berada di rumah beliau ataupun di sekolah, karena waktu itu adalah waktu libur, dan beliau sedang menghadiri rapat di Jakarta, betapa sedihnya diriku merasa tidak bisa apa-apa lagi. Sejenak aku kembali ke asrama dan sholat berharap ada sebuah ke ajaiban dan bisa mepertemukan aku dengan kepala sekolah yakni K.H Asyhari Abdullah Tamrin, M.Pd.I. Hari jumat malam aku coba untuk sejenak berhenti mengerjakan semua formulir itu, betapa penat melanda otakku. Aku mengajak sahabat dan temanku untuk pergi ke KALI CODE, sebuah tempat nongkrong anak muda d JOGJA. Malam itu aku habiskan untuk menghilangkan stress dengan menikmati suasana JOGJA ISTIMEWA.
 
Suasana malam di JOGJA

Azmi & Lintang(dengan muka sangat lelah) nongkrong di KALI CODE
Hari sabtu pagi, aku melanjutkan untuk menyelesaikan berkas-berkas dan berlomba dengan waktu. Ku cari beberapa suap nasi untuk mengisi perutku dan perut sahabatku pada pagi itu dengan sisa uang yang Abahku berikan kepadaku sebagai bekal, aku mencari warung nasi yang paling murah, berharap bisa mendapatkan nasi dengan harga yang paling murah tetapi cukup untuk mengisi perut di pagi itu. Akhirnya ku dapatkan dua bungkus nasi dan lauk beserta minumnya dengan harga yang lumayan murah. Alhamdulillah pagi itu masih bisa sarapan dan masih ada sisa uang untuk hidup sampai pulang ke kotaku nanti. Setelah hari agak siang, ku coba datang menemui beberapa guru ke kantor sekolahku, berharap bisa menemui kepala sekolahku dan mendapatkan tanda tangan beliau. Tapi sampai hari itu beliau belum juga berada di sekolah, kata seorang guru beliau akan pulang malam hari, dan aku bisa mendapatkan tanda tangan besok pagi. Aku kembali ke asrama dengan agak kecewa dan pasrah apa adanya kepada Allah S.W.T. karena apapun yang terjadi itu telah Allah kehendaki, usahaku untuk menyelesaikan berkas ku lanjutkan, aku lari sana lari sini, copy ini copy itu, sampai sore hari berfikir agar bisa selesai, walau ternyata belum bisa selesai juga pada hari itu. Malam itu adalah malam minggu, aku merasa sangat lelah dan stress dengan semua kejadian hari itu. Aku coba mengajak sahabatku untuk malam mingguan di ALKID(Alun-alun Kidul Yogyakarta yang ada 2 pohon beringin besar). Berangkatlah kami berdua, menikmati malam itu dengan 2 cangkir sekoteng dan roti, sekali lagi dengan pertimbangan uang yang seminimal mungkin.
Lintang Syuhada (tampak sangat lelah dan penat)

Randy Aryo Yudhistira (sahabat sejatiku)
Sepulang dari ALKID, aku dan sahabatku kembali ke asrama dan tertidur pulas hingga esok hari. Minggu pagi seperti biasa aku sholat shubuh dan sejenak duduk. Tiba-tiba handphone-ku berdering dan aku angkat, terdengar suara Abahku, beliau mengabarkan bahwa Nenek-ku terkena serangan jantung dan sudah berada di UGD di sebuah rumah sakit di kota asalku. Hati ini seketika membisu dan seperti ingin menangis, tetapi aku menahan itu semua dan hanya mengucapkan aku akan segera pulang malam ini, dan mungkin sampai besok pagi. Telepon ku matikan dan aku menenangkan diri sembari bercerita kepada sahabatku kalau Nenek sedang sakit, aku tak ingin ada apa-apa kepada Nenek, sudah cukup Ibuku pergi dan tak akan kembali. Nenek-ku merawatku setelah Ibu meninggal karena sebuah penyakit, dan aku sangat kacau perasaannya hari itu. Aku segera mandi dan mencoba menepis rasa khawatir itu untuk menyelesaikan tugas demi KEBERANGKATAN dan CITA-CITAku menuntut ilmu sejauh mungkin. Aku datang ke sekolah dan berharap bisa menemui kepala sekolahku, Alhamdulillah akhirnya beliau ada di dalam ruangannya, segera mungkin aku minta tanda tangannya dan meminta cap legal dari sekolah. Alhamdulillah, sedikit bebanku terkurangi tapi masih banyak hal yang belum aku penuhi untuk berkas-berkas itu. Aku segera kembali ke asrama dan meneruskan semua berkas hingga sore hari dan aku bersiap untuk pulang dan menemui nenekku di kota asalku. Semua barang aku masukkan, berkas-berkas aku simpan dengan rapi dalam sebuah tas plastik dan aku masukkan backpack-ku, beserta laptop yang berisi tugas online. Setelah semua selesai di pack, aku dan sahabatku sholat maghrib dan berpakaian seperti prajurit tempur di jalanan. Antara khawatir dan rasa sedih melanda hatiku, tapi aku harus tegar, karena aku percaya Allah Maha Melihat dan Mendengar apa yang hambanya rasakan, dan aku percaya semua pengorbanan pasti akan mendapatkan hasil dari apa yang dikorbankan. Sebelum perjalanan pulang aku berpamitan dengan pembimbing asrama dan beberapa temanku.
Lintang & Randy (Bersiap untuk pulang (Lintang dengan muka sedih dan khawatir terlihat jelas) dan bertempur di daerah pegunungan di malam hari.

Lintang & Randy were ready to go
Perjalanan dimulai dengan bismillah ku harap agar di permudah dan selamat sampai kota tujuan dan berharap bisa menemui Nenek tercinta. Aku melewati daerah Kota Temanggung di mana jalannya adalah banyak hutan dan berkelok-kelok serta banyak jurang di samping kanan dan kiri, dan jarang ada lampu jalan yang membuat susah perjalanan. Awalnya aku pikir ini jalan alternatif yang tercepat menuju kota asalku, dan tidak terlalu banyak macet kalau lewat jalur itu. Baru sampai di Kota Temanggung aku sudah di sambut dengan hujan lebat, dan otomatis aku berteduh, karena aku tak ingin semua berkas-berkasku rusak dan basah karena hujan, dan juga laptopku. Aku berteduh dalam sebuah masjid, aku gunakan waktu itu untuk sholat isya jama'ah dengan sahabatku. Setelah sholat aku berdo'a agar di permudah dalam perjalanan, dalam pikiranku saat itu adalah cuma teringat Nenek. Ternyata Allah mengabulkan do'aku dan hujan reda. Perjalanan aku lanjutkan, kini masuklah aku ke sebuah daerah hutan dan jalannya curam, Masya Allah, tiada lampu jalan, jarang sekali motor lewat daerah itu, aku gunakan rem motorku sampe rem itu bunyi, mungkin karena jalan yang curam dan turunan banyak sekali jadi rem motorku tipis karena banyak di gunakan, dan parahnya lagi Ya Allah, rantai motorku yang baru di service terasa kendor, dan sangat berbahaya untuk jalan cepat, terasa seperti akan putus. Hatiku tak henti-hentinya menyebut nama Allah, semoga aku di jauhkan dari bahaya, walau hal yang saat ini aku hadapi adalah kesusahan, bahaya, perjalanan, dan rasa khawatir terhadap Nenekku, dan juga semua berkas untuk keberangkatanku. Perjalanan sudah aku rasa lama, tapi belum juga muncul pertanda akan tempat yang ramai, jalanan masih sama, curam dan berkelok, aku lihat sejenak ke arah spedometerku, dan aku lihat bensin motorku akan segera habis, padahal itu masih kawasan hutan dan aku belum menemui tempat pembelian bensin atau SPBU, aku hanya pasrah dan berharap dalam hati kepada Allah agar selamat. Alhamdulillah ada sebuah POM bensin mini dan aku isi full motorku dengan sisa uang yang tersedia. Sampailah aku di Kota kendal, sejenak aku singgah ke sebuah angkringan kecil untuk mendapatkan beberapa suap nasi dan susu jahe hangat untuk mengisi perutku yang sangat kosong dari siang hari belum makan. Seusai makan dan menghangatkan badan, perjalanan dilanjutkan, masalah yang saat ini aku hadapi adalah kemacetan yang sangat panjang oleh banyak bus dan truk besar. Aku gunakan keahlianku sebagai RIDER dalam menyalip truk dan bus itu dengan halus. Alhamdulillah aku bisa lolos dari kemacetan itu, Allah memberi jalan kepadaku. Aku merasa sangat lelah dan aku bergantian pengendara, Randy mengendarai motor sampai akhirnya sampailah di Kota Batang. Masuk Kota Batang kembali lagi masuk daerah hutan tanpa lampu jalan, dan banyak jalan yang berlobang yang pernah membuat aku kecelakaan dan luka-luka beberapa bulan lalu di daerah itu, parahnya lagi hujan turun tiba-tiba dan sebuah mobil melaju kencang dan menyimpangi motorku dalam sebuah genangan air, seketika itu air mengguyur badan aku dan Randy, dan kami basah kuyup dan menjadikan aku menepi dalam sebuah masjid kecil di pinggir jalan, entah kenapa Allah tetap memberi tempat bertepi dengan sebuah masjid, Alhamdulillah ya Robb. Karena pakaian yang sangat basah, aku dan Randy melepas sebagian pakaian dan menjemurnya dekat dengan lampu di masjid sembari memakai sarung yang aku bawa, aku check semua berkasku, dan Alhamdulillah tidak ada yang basah, karena backpack-ku lumayan tebal. Saat itu sudah jam setengah satu malam, hampir tidak ada sama sekali pengendara motor di jalan, sampai akhirnya hujan agak reda, dan aku melanjutkan perjalanan, Randy tetap masih menyetir motor. Baru beberapa kilometer hujan turun lagi dan berhenti sejenak di tepi jalan, di sebuah warung kayu yang sudah tutup karena larutnya malam. Hujan kembali reda dan kami lanjutkan perjalanan itu lagi berdo'a dalam hati agar di permudah dari dari semua ini, aku hanya ingin selamat dan bisa menemui Nenek tercinta yang sedang tak sadar di rumah sakit, ya Allah. Tapi entah kenapa hujan kembali datang dengan tiba-tiba dan aku segera menepi di sebuah warung kecil, aku dan Randy sudah merasa sangat lelah, dan hujan terus membasahi hutan Kota Batang, tanpa ku sadari, aku tertidur di tanah di warung itu, saking lelahnya, tidur di tanah yang basah dan suasana yang dingin dan malam hari(sudah masuk pagi mungkin), sampai akhirnya terbangun dan melanjutkan perjalanan lagi, karena masih lelah aku tertidur saat menaiki motor bersama Randy, dan Randy sebagai seorang penyetir saat itu juga lelah dan sempat menutup matanya karena kantuk yang berat, sampai tiba-tiba sebuah bus besar memberi klakson dengan suara keras dan mengagetkan aku dan Randy, Ya Allah untung saja Allah masih memberi keajaiban padaku dan Randy, itu adalah hal yang sangat berbahaya dan mengagetkan jantungku, sekaligus kalau mungkin kita tidak bangun aku dan Randy bisa menabrak pembatas jalan dan terlindas bus itu, tapi Allah masih sayang pada kami Alhamdulillah ya Allah Robbul 'Izzat. Setelah kejadian itu kami tidak mengantuk lagi sampai akhirnya keluar dari kota hutan itu yakni Kota Batang, dan masuk ke kota batik yakni Kota Pekalongan. Selama di kota pekalongan aku tak menemui masalah seperti waktu sebelumnya, Alhamdulillah ini semua bisa lancar, sampailah pada Kota Pemalang dan kami berhenti pada sebuah ALFAMART dan membeli Energy Drink, untuk memulihkan tenaga dan menghilangkan rasa kantuk.
Lintang dengan pakaian basah dan belum tidur seharian

Tepatnya jam tiga pagi, aku sudah berada di Kota Pemalang dan melanjutkan perjalanan lagi. Kali ini aku yang menyetir karena tinggal dua kota lagi aku bisa sampai di kota asalku. Aku mengebut secepat mungkin untuk mengejar waktu, rasa dingin ku tepis hanya demi Nenek, dan sampailah aku di Kota Tegal, perasaanku sangat bahagia bisa sampai di Kota Tegal, karena tinggal satu kota lagi aku sampai rumah, aku mengucap dalam hati Alhamdulillah ya Allah. Terlihatlah sebuah papan bertuliskan SELAMAT DATANG DI KOTA BREBES, betapa syukur ku panjatkan bisa sampai di kota adalku yakni Kota Brebes. Aku dan Randy tidak seketika pulang ke rumah, tapi kami mencari warung kopi untuk menghilangkan dingin, dan sampailah di alun-alun Brebes, dan kami memesan dua cangkir kopi. Saking lelah dan ngantuknya aku seketika tertidur di sebuah tikar di warung kopi itu. Hari itu adalah hari yang luar biasa penuh cobaan, sampai aku tak merasakan tidur pada hari itu. Pukul 05.00 WIB pagi hari senin, aku dan randy pulang ke rumah, aku antarkan Randy ke rumahnya dan menyuruhnya istirahat, dan mengucapkan terima kasih. Segera aku pulang ke rumah, dan bergegas sholat shubuh. Seusai sholat shubuh segera mungkin aku mengendarai motor lagi ke Rumah Sakit Daerah Kota Brebes di mana Nenek sedang dirawat, rasa khawatir, sedih menjadi satu, aku lupakan sejenak berkas-berkasku itu dan ku jenguk nenekku. Sampai di RSUD aku masuk ke sebuah bangsal, dan Nenekku masih belum bisa sadar. Tapi sudah lebih baik kata dokter yang jaga sudah bisa pindah dari UGD. Aku peluk Nenekku dan Abahku, dan istirahat sejenak dengan mengisi perut yang kosong. Pukul 07.00 WIB aku pulang ke rumah dan istirahat tertidur pulas. Malam harinya aku mencoba membeli barang-barang yang akan aku bawa ke USA. Keberangkatanku hampir dekat tapi aku sama sekali belum menyiapkan barang-barang, dan ditambah banyak musibah yang sedang mengujiku. Esok harinya aku ke MTsN MODEL BREBES untuk meminta sebuah legalisir fotocopy ijazah. Setelah semuanya selesai, aku berpamitan dan pulang ke rumah. Siang itu aku kumpulkan semua berkas yang siap ku kirimkan beserta tanda tangan dari beberapa orang yang disyaratkan, dan tak lupa legalisir fotocopy ijazah yang baru aku minta.Aku kumpulkan dalam sebuah amplop coklat besar, dan aku mencari JNE terdekat untuk mengirimkan berkas itu secara kilat ke Kantor Nasional. Alhamdulillah semua berkas itu terkirim dan aku bisa berangkat ke USA dalam sebuah Program Pertukaran Pelajar dan Nenekku baru sembuh total setelah aku berada di USA selam satu bulan.
"Aku harap semua pengorbananku bisa aku jadikan pelajaran selalu dalam hidupku bahwa Allah akan selalu memberi jalan kepada siapapun yang telah Allah kehendaki dengan jalan sebuah USAHA."
"Innallaha laa yughoyyiru bi qoumin, khatta yughoyyiru maa bi anfusihim"
Akmel(adikku baju biru), Nenek(Berkerudung putih), Senja(sepupuku berbaju merah), Zahi(Sepupuku yang kecil imut), Lintang(The Sweetest one), Abah(pake sweater)


NB: I LOVE ALLAH, I LOVE RASUL, I LOVE (ALM) IBU, I LOVE ABAH, I LOVE NENEK, I LOVE SAMUDRA AKMAL FAJER, I LOVE MY FAMILY, I LOVE RANDY AS MY BEST FRIEND EVER, I LOVE MY FRIENDS

Thanks for reading :D

This entry was posted on Tuesday, December 27, 2011 at 8:50 PM and is filed under . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 comments

Post a Comment